Jumat, 08 Maret 2013

SARWO EDI Pahlawan dari Purworejo



PURWOREJO-Kabupaten Purworejo telah melahirkan beberapa pahlawan nasional, seperti Jendral Oerip Soemohardjo, Wage Rudolf Soepratman, Jendral Achmad Yani dan Jendral Sutojo Siswomiharjo. Selain itu masih terdapat beberapa nama pejuang yang sudah dikenal oleh masyarakat, namun belum diakui sebagai pahlawan nasional yaitu Kasman Singodimedjo dan Sarwo Edhie Wibowo.

Dokumen usulan gelar kepahlawanan Sarwo Edhie Wibowo telah ditandatangani Bupati Drs H Mahsun Zain MAg, dikantornya, beberapa waktu lalu. Penandatanganan disaksikan Wakil Bupati Suhar, Asisten III Sekda Drs Sigit Budi Mulyanto MM, serta Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pahlawan Daerah ( TP2GD) yang berjumlah 13 orang.

Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg dalam sambutannya mengungkapkan, usulan gelar Pahlawan Nasional bagi Sarwo Edhie Wibowo sudah melalui mekanisme yang ada meliputi tiga sumber yaitu sumber tulisan, sumber lisan dan sumber kebendaan. Usulan gelar juga mendapat dukungan dari berbagai pihak diantaranya  dari Masyarakat Sejarawan Indonesia Komisariat Purworejo, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Persatuan Rakyat Desa Nusantara dan Karang Taruna Purworejo.

Lebih lanjut Bupati mengungkapkan, selain diusulkan menjadi pahlawan nasional, Sarwo Edhie Wibowo juga diabadikan menjadi nama gedung kesenian yang terletak di Jl Urip Sumoharjo atau eks gedung bioskop Bagelen.. “Menurut rencana nama Sarwo Edhie Wibowo juga akan diabadikan menjadi nama jalan, Karena masih banyak jalan yang belum mempunyai nama,”jelasnya.

Ketua TP2GD Drs Sigit Budi Mulyanto MM memaparkan bahwa dalam mengumpulkan data dan informasi di lapangan, banyak dijumpai kendala. Namun dengan bantuan berbagai pihak, data dan informasi dapat dirangkum menjadi materi makalah secara utuh sesuai dengan harapan.

Sarwo Edhie Wibowo lahir di Purworejo hari Sabtu Pon tanggal 25 Juli 1925. Ia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan keluarga R Kartowilogo dengan RA Sutini, kepala rumah gadai di zaman Belanda.

Sarwo Edhie memiliki seorang istri bernama Sunarti Sri  Hadiyah,  memiliki lima putri dan dua putra. Putrinya masing masing Wijiasih Cahyasari, Wirahasti Cendrawasih, Kristiani Herawati, Mastuti Rahayu, dan Retno Cahyaningtyas. Sedangkan dua putra yaitu Pramono Edhie Wibowo dan Hartanto Edhie Wibowo. Tiga orang putrinya dinikahkan secara bersamaan, yaitu Wirahasti Cendrawasih dengan Letda Inf Erwin Sujono, Kristiani Herawati dengan  Lettu Inf Susilo Bambang Yudoyono, dan Mastuti Rahayu dengan Kapt Inf Hadi Utomo.

Menurut Catatan selama hidupnya, Sarwo Edhie Wibowo memiliki peran yang sangat besar, baik sebelum,selama, hingga pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peran dalam perang kemerdekaan meliputi pembentukan TNI ( BKR-TKR), pertempuran awal melawan penjajah Jepang, Sekutu dan Belanda, Perang Kemerdekaan I dan II. Dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, peran Sarwo Edhie meliputi penumpasan pemberontakan PKI madiun, DI/TII, PRRI/Permesta, Trikora, Dwikora dan penumpasan G30S/PKI.

Setelah selesai menjalankan tugas di bidang kemiliteran, Sarwo Edhie Wibowo masih meneruskan pengabdiannya dalam bidang kekaryaan/ sosial yaitu sebagai  Duta besar RI untuk Korea Selatan tahun 1974 – 1976, Inspektur Jendral Departemen Luar Negeri tahun 1978-1983, Kepala BP7 Pusat tahun  1983-1987, sebagai Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen DPR-RI tahun 1987. (sumber.purworejo kab)

Sabtu, 15 Desember 2012

Situs Candi Gondoarum diKomplek Obyek Wisata Goa Seplawan 
Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo

Obyek wisata Goa seplawan diDesa Donorejo, Kecamatan Kaligesing tidak saja menawarkan keindahan goa alami yang mampu menenangkan hati dan pikiran. Dikomplek obyek wisata ini pengunjung akan disuguhi sebuah situs penuh sejarah yang sudah tidak utuh lagi. situs itu bernama Candi Gondoarum.
__________________________________________________________________________________
Kecamatan kaligesing yang terletak didibagian timur Kabupaten Purworejo tidak saja dikenal oleh masyarakat luas dengan penghasil ternak kambing etawa yang berkwalitas bagus. Di Kecamatan ini juga dikenal dengan obyek wisata yang yang luar biasa yaitu berupa obyek wisata yang diberinama Goa Seplawan. Kata Seplawan sendiri merupakan samaran dari kata Sapluan yang dipercaya telah ada sejak jaman kerajaan Hindu dan Syailendra.

lokasi obyek wisata ini tidak terlalu jauh dari kota Kabupaten Purworejo, hanya diperlukan sekitar setengah jam perjalanan mengendaraai sepeda motor untuk mencapai lokasi. Letaknya memang berada diatas memang berada diatas perbukitan menoreh dengan ketinggian 700 meter diatas permukaan laut, sehingga suasana sejuk akan selalu menanami pengunjung saat mendatangi obyek wisata ini.

Tidak banyak data yang terungkap dari candi yang berada disatu kompleks dengan Goa Seplawan Purworejo. Meski demikian keberadaan candi ini dipercaya lebih tua ketimbang Candi Borobudur yang didirikan pada abad ke VIII masehi.

Sang Juru kunci obyek wisata, Cokro Tinoyo (90) yang menjadi saksi hidup penemuan arca emas dewa shiwa dan dewi parwati didalam Goa Seplawan yang terbuat dari emas murni seberat 1,5 kg. "Goa Seplawan ditemukan pada hari selasa Kliwon, tepatnya tanggal 28 Agustus 1979, saat itu saya bersama empat orang bersaudara mencoba masuk kedala goa hingga kedalaman 200 meter. Didalam goa saya menemukan tabung silinder berdiameter 25 centimeter dan panjang setengah meter, saat saya buka ternyata isinya patung emas," ucap cokro.

Setelah ditemukanya arca emas, pemerintah daerah kemudian mendatangi lokasi dan menjadikannya Goa Seplawan menjadi obyek wisata hingga saat ini.

Tidak hanya itu perbukitan disekitar goa seplawan juga dibangun gardu pandang sehingga saat pengunjung barada diatas tempat tersebut dapat menyaksikan Daerah Istimewa Yogayakarta. Patung emas yang ditemukan digoa seplawan kemudian dibawa kemusium nasional diJakarta, sebagai gantinya kemudian pemerintah membuatkan patung replika yang berada tepat didepan mulut goa, sehingga pengunjung bisa mengetahui bahwa goa ini pada dasarnya adalah tempat suci yang disakralkan pada zaman dulu.

dua bulan setelah ditemukanya goa seplawan, disekitar komplek goa kembali ditemukan sebuah bangunan bersejarah berupa reruntuhan candi. Kemungkinan candi tersebut dulu digunakan sebagai tempat peribadatan bagi manusia yang menempati kawasan ini, terlihat ditemukanya lingga dan yoni yang dikeramatkan.

Lingga terbuat dari batu candi (vulkanik) yang berbentuk menyerupai rudal, sedang yoni pasangananya yang sudah retak yang terbuat dari batu kapur berwarna putih. Lingga awalnya dikira sebagai pembatas wilayah, namun saat digali ditemukan yoni, yaitu berbentuk loyang yang terbuat dari batu kapur, dan sekitarnya ditemukannya reruntuhan bangunan seperti candi, hingga kini masih dalam keadaan sama.

Lingga dan yoni kemudian diletakkan disebelah reruntuhan candi. Yang mengherankan saat ditemukannya pada loyang yoni terdapat abu vulkanik yang memunculkan aroma wangi. Kemudian komplek candi tersebut diberi nama Candi Gondoarum. Untuk merawat bangunan tersebut kemudian dibangun cungkup berbentuk rumah kecil yang dibuat dikawasan lingga dan yoni, agar lingga dan yoni tidak rusak saat terkena sengatan sinar matahari dan hujan.