PURWOREJO-Kabupaten Purworejo telah melahirkan
beberapa pahlawan nasional, seperti Jendral Oerip Soemohardjo, Wage Rudolf
Soepratman, Jendral Achmad Yani dan Jendral Sutojo Siswomiharjo. Selain itu
masih terdapat beberapa nama pejuang yang sudah dikenal oleh masyarakat, namun
belum diakui sebagai pahlawan nasional yaitu Kasman Singodimedjo dan Sarwo
Edhie Wibowo.
Dokumen usulan gelar kepahlawanan Sarwo Edhie
Wibowo telah ditandatangani Bupati Drs H Mahsun Zain MAg, dikantornya, beberapa
waktu lalu. Penandatanganan disaksikan Wakil Bupati Suhar, Asisten III Sekda
Drs Sigit Budi Mulyanto MM, serta Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pahlawan
Daerah ( TP2GD) yang berjumlah 13 orang.
Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg dalam
sambutannya mengungkapkan, usulan gelar Pahlawan Nasional bagi Sarwo Edhie
Wibowo sudah melalui mekanisme yang ada meliputi tiga sumber yaitu sumber
tulisan, sumber lisan dan sumber kebendaan. Usulan gelar juga mendapat dukungan
dari berbagai pihak diantaranya dari Masyarakat Sejarawan Indonesia
Komisariat Purworejo, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Persatuan Rakyat Desa
Nusantara dan Karang Taruna Purworejo.
Lebih lanjut Bupati mengungkapkan, selain
diusulkan menjadi pahlawan nasional, Sarwo Edhie Wibowo juga diabadikan menjadi
nama gedung kesenian yang terletak di Jl Urip Sumoharjo atau eks gedung bioskop
Bagelen.. “Menurut rencana nama Sarwo Edhie Wibowo juga akan diabadikan menjadi
nama jalan, Karena masih banyak jalan yang belum mempunyai nama,”jelasnya.
Ketua TP2GD Drs Sigit Budi Mulyanto MM memaparkan
bahwa dalam mengumpulkan data dan informasi di lapangan, banyak dijumpai
kendala. Namun dengan bantuan berbagai pihak, data dan informasi dapat
dirangkum menjadi materi makalah secara utuh sesuai dengan harapan.
Sarwo Edhie Wibowo lahir di Purworejo hari Sabtu
Pon tanggal 25 Juli 1925. Ia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara dari
pasangan keluarga R Kartowilogo dengan RA Sutini, kepala rumah gadai di zaman
Belanda.
Sarwo Edhie memiliki seorang istri bernama
Sunarti Sri Hadiyah, memiliki lima putri dan dua putra. Putrinya
masing masing Wijiasih Cahyasari, Wirahasti Cendrawasih, Kristiani Herawati,
Mastuti Rahayu, dan Retno Cahyaningtyas. Sedangkan dua putra yaitu Pramono
Edhie Wibowo dan Hartanto Edhie Wibowo. Tiga orang putrinya dinikahkan secara
bersamaan, yaitu Wirahasti Cendrawasih dengan Letda Inf Erwin Sujono, Kristiani
Herawati dengan Lettu Inf Susilo Bambang Yudoyono, dan Mastuti Rahayu
dengan Kapt Inf Hadi Utomo.
Menurut Catatan selama hidupnya, Sarwo Edhie
Wibowo memiliki peran yang sangat besar, baik sebelum,selama, hingga pasca
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peran dalam perang kemerdekaan meliputi
pembentukan TNI ( BKR-TKR), pertempuran awal melawan penjajah Jepang, Sekutu
dan Belanda, Perang Kemerdekaan I dan II. Dalam mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, peran Sarwo Edhie meliputi penumpasan pemberontakan PKI
madiun, DI/TII, PRRI/Permesta, Trikora, Dwikora dan penumpasan G30S/PKI.
Setelah selesai menjalankan tugas di bidang
kemiliteran, Sarwo Edhie Wibowo masih meneruskan pengabdiannya dalam bidang
kekaryaan/ sosial yaitu sebagai Duta besar RI untuk Korea Selatan tahun
1974 – 1976, Inspektur Jendral Departemen Luar Negeri tahun 1978-1983, Kepala
BP7 Pusat tahun 1983-1987, sebagai Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen
DPR-RI tahun 1987. (sumber.purworejo kab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar